Post by : Outbound di Malang
“Hai manusia! Kau sungguh bekerja keras menuju Tuhanmuk, dan kau akan bertemu dengan-Nya.”
- Q.S. 84 Surat Al Insyiqaaq (Terbelah) Ayat 6 -
Doktrin tauhid “Laa Ilaaha Illallah” merupakan syahadat serta proklamasi kemerdakaan martabat kemanusian bagi setiap pribadi muslim yang nilainya jauh melampui makna Declaration of Independence and Human rights yang diagung-agungkan di negari barat. Dengan penghayatan kalimat tauhid ini maka ucapan “Laa Illaha Illallah” yang seringkali diucapkan denganpenuh hikmah seharusnya akan memberikan daya dan getaran energi pada jiwa manusia serta tidak akan ada yang mampu mendominasi pikiran, hari dan tindakan kita kecuali hanya untuk Allah SWT. Ini akan menimbulkan rasa tenang sejati yang abadi.
Sejarah telah mencatat bagaimanakalimay syahadat ini pernah menhasilkan suatu generasi manusia pada abad ke-enam dan ke-tujuh Masehi yaitu generasi sahabat Rasulullah SAW yang telah begitu menggetarkan dunia dengan menunjukkan kulaitas akhlak mereka yang mulia dan agung namun sekaligus begitu perkasa. Menurut catatan Michael Hart, penulis buku “Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah” bahwa mereka disebut-sebut sebagai generasi terbaik yang pernah ada dalam sejarah perjalanan umat manusia.
Dalam teologi Islam kedudukan Asmaul Husna atau 99 sifat-sifat Allah adalah amat penting. Semunaya terangkum dalam kesatuan tauhid, yang Esa Dzat-Nya, Esa sifat-Nya, Esa pemikirannya-Nya dan Esa perbuatan-Nya, Penyebutan dan penghayatan merupakan dimensi makna kehadiran-Nya dalam rangka membangun wawasan dan komitmen.
Manusia diberi wewenang untuk haknya dari Allah SWT untuk mengarungi keluasan samudera hakikat dan ilmu-Nya, maka dengan meresapi kesembilan puluh sembilan (reinforcement) sebagai suatu titik tolak pembangunan dan ‘pengasahan’ kecerdasan emosinya. Dengan Asmaul Husna ia berikhtiar untuk menunjukkan kebaikan dan kebenaran, kebenaran dari kebenaran, dan keindahan dari kebenaran milik-Nya. Itulah Asmaul Husna, sebagai kunci dan kamus dari konsep ESQ (Emotional Spiritual Quotient) pada buku ini.
Dengan doktrin ‘Laa ilaaha illallah’, Allah ingin memuliakan dan sekaligus membebaskan manusia dari segala bentuk penghambaan serta keyakinan semu yang akan meruntuhkan martabat diri sebagai mahluk yang paling mulia. Seperti telah dibahas pada bagian-bagian sebelumnya bahwa mengambil ‘Ilah’ atau sesembahan lain selain Allah, seperti kehormatan diri, kepentingan, atau harta. Kesemuanya itu hanya bersifat fana. Namun sebaliknya, apabila semuanya dilakukan berdasarkan pijakan Ilah pada Allah, maka jawabannya sudah pasti yaitu melahirkan ketenagan, kepercayaan diri, integrits, motivasi dan kebijaksanaan yang semunya bersifat abadi dari Allah Azza wa Jalla.
Ikrar kalimay syahadat ini diucapkan paling sedikit sembilan kali dalam sehari semalam yang terdapat dalam “tahiyyat awal dan akhir” di dalam shalat lima waktu. Ucapan ‘Asyhadu an Laa Ilaaha Illallah” atau “aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah”, yang diucapkan berulang-ulang seharusnya akanmenjadi sebuah doktrin yang maha dahsyat yang akan mengisi dan menggetarkan kalbu. Ini sebenarnya merupakan sebuah energi raksasa yang tercipta dari hukum kekalan energi yaitu sifat energi yang kekal, artinya energi itu tidak bisa diterapkan, di mana para instruktur mewajibkan para siswa eksekutifnya untuk mengucapkan kalimat “Saya juara!” seratus kali dalam sehari selama masa latihan, teori in disebut Repetitive Magic Power, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, yang berarti kekuatan ajaib dari pengulangan.
Apabila seseorang melaksanakan shalat lima waktu, maka ia akan melakukan repetitive magid power ini sebanyak 270 kali dalam sebulan (9 x 30), atau 3.240 kali dalam setahun (270 x 12). Apabila ia telah melakukan shalat sepuluh tahun saja maka ia telah melakukan repetitive magic power sebanyak 32.400 kali! Dan ini dilakukan seumur hidupnya. Bayangkan energi yang ditimbulkannya.
Ini tidak hanya merupakan suata energi, tetapi juga suatu ‘pengasahan’ ESQ seseorang, melalui pembangunan memori alam bawah sadar seseorang. Namun mengapa kebanyakan orang belum mengalami kemajuan berarti, pada hal ia telah melakukan shalat lebih dari sepuluh tahun? Ini sangat tergantung dengan wawasan dan pemahamannya tentang iman dan arti shalat yang sesungguhnya. Apalagi shalat dilakukan tanpa didasari oleh suatu pemikiran dan pemahaman yang mendalam tentang makna shalat sesungguhnya, maka ia akan sulit sekali memperoleh benefit dari tindakan yang dilakukannya itu. Ia shalat tetapi mungkin tidak dengan hatinya, hanya fisik saja yang bergerak. Di samping itu ia pun mungkin belum menciptakan suatu tujuan akhir dari shalatnya sendiri.
Langkah pertama, berupa penetapan misi melalui ikrar syahadat, tidak lain adalah bertujuan untuk melatih, merekam, dan mengasah kembali Prinsip Satu yaitu prinsip hanya ber’Ilah kepada Allah Yang Maha Esa, meneladani sifat-sifat Allah, berusaha berpikir cara Allah (satu kesatuan tauhid) serta bergantung hanya kepada Allah sebagai landasan prinsip atas segala pemikiran dan segala tindakan, dan sebuah komitmen untuk memetuhi segala perintah dan menjauhi semua larangannya. Inlah ikrar atau syahadat yang sesungguhnya.
Ia-lah yang menurunkan ketenangan dalam hati para mukmin, supaya mereka (yang sudah beriman), bertambah imannya. Kepunyaan Allah tentara langit dan bumi. Allah Maha mengetahui, maha Bijaksana.
- Q.S. 48 Surat Al Fath (Kemenangan) Ayat 4 -
Incoming search terms for the article:
- Outbound Malang
- Outbound di Malang
- Outbound Training