Games Outbound: Berjalan dengan Bola

Games Outbound: Berjalan dengan Bola

Post by : Outbound Malang

A.      Tujuan permainan

1.       Melatih kerja sama

2.       Meningkatkan kemampuan koordinasi gerak kaki

B.      Alat:

1.       Bola

2.       Tali untuk membuat raffia

C.      Pelaksanaan:

1.       Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5-10 orang

2.       Masing-masing kelompok berada dalam jalur yang telah disediakan dan diber jarak 4-8 meter antar kelompok

3.       Pesrta peratan harus membawa bola  yang telah diletakkan diantara kedua kakinya

4.       Peserta pertama harus membelikan bola tersebut kepada peserta kedua , terus menrus sampai peserta terakhir. Kemudian, peserta terakhri berjalan sampai akhir garis finish

D.      Peraturan:

1.       Bola hanya boleh dibawa dengan kaki, tidak boleh dipegang dengan tangan

2.       Pada saat memindahkan bola kepada peserta lain, peserta juga hanya menggunkan kaki

3.       Bola tidak boleh terjatuh.Apabila bola terjatuh, maka peserta tersebut mengulang dari awal.

 

Artikel Motivasi: Batu Kecil

Artikel Motivasi: Batu Kecil

Post by : Outbound Malang

Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjannya yang ada dibawahnya. Pekerja itu berteriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi uasahanya yang kedua pun memperoleh hasil yang sama.

Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya kea rah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dank arena merasa sakit, temannnta menengadah ke atas? Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.

Tuhan kadang0kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Seringkali Tuhan melimpahi kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Karena itu, agar kita selalu mengingat kepadaNya, tuhan sering menjatuhkan “batu kecil” kepada kita.

 

Artikel Motivasi : Sakit membawa Nikmat

Sakit membawa Nikmat

Post bu Outbond Malang

Adalah sesuatu yang lazim bila sebagain kita jatuh mengeluh tatkala sakit. Tubih lugnglai, wajah kuyu, dan pudar cahayannya. Padahal, semakin banyak kita mengeluh, maka akan semakin tersa pula sakitnya. Yang paling membahayakan adalah pikiran kita tidak terkuasai dengan baik. Biasannya menerawang jauh, realitas yang ada didramatisasi, segalanya dipersulit dan dikembangkan, hingga makin parah dan menengangkan.

Orang yang terkena gejala tumor misalnya, akan menjadi sengsara jika yang menjadi buah pikirannya adalah sesuatu yang lebih mengerikan dari kondisi sebenarnya. Ah, jangan-jangan tumor ganas. Bagaimana kalau merambat ke seluruh tubuh, sehingga harus operasi?Lalu, bagaiamana kalu operasinya gagal?Belum lagi biayanya yang pasti akan sangat mahal. Bila hal ini terjadi, maka orang tersebut akan jauh lebih menderita daripada kenyataan sebenarnya. Hal ini terjadi karena kesalahan cara berpikir. Ia belum paham terhadap hikmah dari penyakit yang menimpanya, sehingga salah dalam menyikapinya.

Hasilnya jelas: rugi dunia akhirat. Sikap mental semacam ini terus harus segera kita atasi. Memang benar badan kita harus sehat, karena hanya dengan badan sehatlah gerak hidup kita menjadi  lancar. Kalau pun tubuh kita harus sakit, suatu saat nanti, maka hati kita harus tetap berfungsi dengan baik. Bagaiaman cara menyiasatinya?

Pertama, kita harus yakin bahwa hidup kita akan selalu dipergilirkan. Boleh jadi sekarang kita sehat, tapi esok hari kita sakit. Ini adalah sebuah keniscayaan. Kita harus yakin bahwa segala yang terjadi di dunia ini ada genggaman Tuhan.

Begitu pula kalau Tuhan menghendaki kita sakit. Itu adalah hal yang wajar, karena tubuh kita adalah milik-Nya. Kenapa kita harus kecewa dan protes? Ibarat seseorang menitipkan baju miliknya kepada kita. Kalau suatu saat diambil kembali, maka sangat tidak layak bila kita menahannya. Alangkah baiknya bila kita memilih ridha saja dalam menerima semua yang terjadi. Segala kekecewaan, penyesalan, dan keluh-kesah, sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah. Tugas kita adalah ridha akan ketentuanNya dan berikhtiar seoptimal mungkin untuk bertobat.