Sakit membawa Nikmat
Post bu Outbond Malang
Adalah sesuatu yang lazim bila sebagain kita jatuh mengeluh tatkala sakit. Tubih lugnglai, wajah kuyu, dan pudar cahayannya. Padahal, semakin banyak kita mengeluh, maka akan semakin tersa pula sakitnya. Yang paling membahayakan adalah pikiran kita tidak terkuasai dengan baik. Biasannya menerawang jauh, realitas yang ada didramatisasi, segalanya dipersulit dan dikembangkan, hingga makin parah dan menengangkan.
Orang yang terkena gejala tumor misalnya, akan menjadi sengsara jika yang menjadi buah pikirannya adalah sesuatu yang lebih mengerikan dari kondisi sebenarnya. Ah, jangan-jangan tumor ganas. Bagaimana kalau merambat ke seluruh tubuh, sehingga harus operasi?Lalu, bagaiamana kalu operasinya gagal?Belum lagi biayanya yang pasti akan sangat mahal. Bila hal ini terjadi, maka orang tersebut akan jauh lebih menderita daripada kenyataan sebenarnya. Hal ini terjadi karena kesalahan cara berpikir. Ia belum paham terhadap hikmah dari penyakit yang menimpanya, sehingga salah dalam menyikapinya.
Hasilnya jelas: rugi dunia akhirat. Sikap mental semacam ini terus harus segera kita atasi. Memang benar badan kita harus sehat, karena hanya dengan badan sehatlah gerak hidup kita menjadi lancar. Kalau pun tubuh kita harus sakit, suatu saat nanti, maka hati kita harus tetap berfungsi dengan baik. Bagaiaman cara menyiasatinya?
Pertama, kita harus yakin bahwa hidup kita akan selalu dipergilirkan. Boleh jadi sekarang kita sehat, tapi esok hari kita sakit. Ini adalah sebuah keniscayaan. Kita harus yakin bahwa segala yang terjadi di dunia ini ada genggaman Tuhan.
Begitu pula kalau Tuhan menghendaki kita sakit. Itu adalah hal yang wajar, karena tubuh kita adalah milik-Nya. Kenapa kita harus kecewa dan protes? Ibarat seseorang menitipkan baju miliknya kepada kita. Kalau suatu saat diambil kembali, maka sangat tidak layak bila kita menahannya. Alangkah baiknya bila kita memilih ridha saja dalam menerima semua yang terjadi. Segala kekecewaan, penyesalan, dan keluh-kesah, sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah. Tugas kita adalah ridha akan ketentuanNya dan berikhtiar seoptimal mungkin untuk bertobat.